Jumat, 12 April 2013

askep pada pasien dg penyakit hipopituitary

ASKEP PITUITARY

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
      Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
      Kelenjar endokrin yang kira-kira sebesar kacang yang terletak di dasar tulang tengkorak dan di bawah otak. Kelenjar hipofisis mengeluarkan bermacam-macam hormon, termasuk hormon yang mempengaruhi kelenjar lainnya, sehingga disebut kelenjar kepala bagi kelenjar endokrin lainnya. Hipofisis terdiri dari tiga bagian, yaitu lobus anterior, lobus anterior, lobus intermedia dan lobus posterior.
      Kelainan pituitary dapat menyebabkan beberapa gejala; bailk itu gangguna hormonal atau ganguan syaraf olehkarena letaknya dekat dengan otak, yang merupakan jalur dari syaraf dan pembuluh darah dan juga merupakan pengontrol dari hormone tubuh. Namun diagnosis dari kelainan pituitary seringkali sulit dilakukan dan lama untuk langsung diketahui karena seringkali gejalanya berkaitan dengan gejala – gejala dengan penyakit lain; sehingga sangat tergantung terhadap gejala yang timbul; atau tanda tanda lainya, atau tindakan CT Scan / MRI terhadap posisi pituitary sangat diperlukan.
      Suatu ketidak seimbangan terjadi, mendorong ke arah lebih dari selusin kelainan  dari sistem endocrine itu. Kekurangan dari hormon  gondok, hormon tentang ginjal berkenaan dengan selaput ( cortisol) atau hormon yang antidiuretic ( vasopressin) adalah yang segera memerlukan perawatan . Pasien dengan kelainan dari hormon yang lain, masih dapat dikompromikan.

B.     Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari pembuatan makalah “keperawatan Medikal Bedah” ini adalah untuk menerapkan Asuhan Keperawatan yang akan diterapkan di RS.
C.    Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari penulisan dan membaca makalah ini adalah untuk menambah wawasan mahasiswa/i khususnya mahasiswa/i di bidang kesehatan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari, yang ukurannya kira-kira sebesar sebuah kacang polong kecil, duduk terlindung dalam sebuah penurunan tulang - sella turcica, atau turkish saddle - pada dasar dari tengkorak. Ia pada hakekatnya adalah dua kelenjar yang terpisah, anterior dan posterior, setiapnya mempunyai suatu fungsi yang terpisah. Anterior pituitari telah disebut kelenjar utama, atau yang mengontrol karena hampir semua hormon-hormonnya mengatur aktivitas dari kelenjar-kelenjar targetnya ditempat lain di tubuh. Hormon-hormon ini disebut hormon-hormon tropik (trophic hormones), dan adalah thyroid-stimulating hormon (TSH atau thyrotrophin), adrenocorticotrophic hormone (ACTH), follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
TSH dan ACTH, seperti nama penuhnya mereka menyiratkan, meningkatkan aktivitas dari kelenjar tiroid dan korteks adrenal, dimana FSH dan LH menstimulasi indung-indung telur (ovaries) dan testes. Hormon utama lainnya dari kelenjar anterior pituitari adalah growth hormone (GH) atau hormon pertumbuhan yang bertugas pada jaringan-jaringan tubuh pada umumnya untuk menghasilkan pertumbuhan pada masa kanak-kanak dan masa remaja, dan untuk mempengaruhi metabolisme dari protein, lemak, karbohidrat dan mineral-mineral. Beberapa dari tindakan-tindakannya diperkirakan disebabkan oleh produksi oleh GH didalam hati dari suatu protein kecil yang disebut somatomedin, yang mendorong pertumbuhan dari jaringan-jaringan kerangka. Hormon lain dari anterior pituitari adalah prolactin. Produksinya meningkat selama kehamilan dan memajukan produksi susu, masa menyusu anak, oleh payudara setelah kelahiran. Fungsinya pada pria-pria dan wanita-wanita yang tidak hamil tidak jelas.

Hipothalamus
Produksi dan pelepasan hormon-hormon dari anterior pituitari dipengaruhi oleh jumlah hormon yang bersirkulasi dalam darah yang telah dihasilkan oleh kelenjar target, dan oleh aktivitas dari hipothalamus, suatu area kecil dari otak depan yang berlokasi tepat diatas pituitari. Hipothalamus adalah pusat koordinasi utama antara sistim-sistim endokrin dan syaraf. Ia memproduksi sejumlah peptide-peptide kecil, rantai-rantai dari asam-asam amino, yang ia keluarkan kedalam suatu sistim portal darah lokal yang khusus.
Arteriol-arteriol yang melayani hipothalamus membawa peptide-peptide ini ke kelenjar pituitari, yang mencegah atau memajukan pelepasan hormon-hormon anterior pituitari. Jadi ada suatu peptide yang disebut thyrotrophin-releasing hormone (TRH), yang memajukan pelepasan dari TSH, dan peptide-peptide serupa untuk pelepasan FSH, LH, ACTH dan GH. Growth hormone dan prolactin dikontrol oleh hormon-hormon dari hipothalamus yang mencegah pelepasan mereka.
Hipothalamus pada gilirannya dipengaruhi oleh impuls-impuls syaraf dari bagian-bagian otak yang mengontrol irama-irama circadian (circadian rhythms), jam biologi kita, dan juga dari pusat-pusat yang lebih tinggi dalam otak. Tingkat-tingkat hormon-hormon dari kelenjar-kelenjar target, seperti tiroid dan adrenal, mengumpan balik tidak hanya pada pituitari saja, namun juga pada hipothalamus, dan tingkat-tingkat yang tinggi berakibat pada pencegahan pelepasan dari hormon yang sesuai.
Posterior pituitari adalah agak berbeda dari bagian anterior yang melekat padanya. Ia tidak membawa sel-sel yang mengeluarkan, namun menyimpan dua hormon-hormon yang dihasilkan oleh sel-sel syaraf khusus didalam hipothalamus dan yang diturunkan melalui serat-serat syaraf ke tangkai pituitari. Hormon-hormon ini adalah oxytocin, yang bertugas pada otot halus, terutama yang dari rahim dan payudara, dan vasopressin, atau antidiuretic hormone (ADH). ADH dikeluarkan jika tingkat garam darah naik karena kelebihan garam didalam darah atau kekurangan air, dan menyebabkan ginjal-ginjal untuk menyerap kembali lebih banyak air dan untuk mengeluarkan suatu urin yang lebih pekat. Ini adalah suatu mekanisme penting untuk mengkonservasi air yang adalah perlu bagi tubuh untuk berfungsi dengan baik.

    Hiperfungsi kelenjar Hipofise

Sering disebut juga Hiperpituitari yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofise sehingga menyebabkan peningkatan sekresi salah satu hormon hipofise atau lebih.
Suatu organ berdiameter 1,2 s/d 1,5 cm dan beratnya 500 mg (50 gr). Letaknya di dalam Sella Turcica dari tulang sphenoid. Secara nyata ada dua kelenjar yaitu :

1.      Kelenjar Pituitary Anterior / Adenohypophy
Mengasilkan Hormon:
1.      Growth Hormone (GH) / Somatotropic Hormon
1.      Merupakan suatu protein
2.      Merangsang pertumbuhan sel – sel tubuh sampai ukuran dewasa
3.      Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat

2.      Prolactin / Lactogen Hormon
1.      Merupakan suatu protein
2.      Merangsang sekresi milk pada kelenjar mamae

3.      Follicle Stimulating Hormon (FSH)
1.      Merangsang pertumbuhan follicle pada ovari
2.      Merangsang sel – sel ovari untuk memproduksi estrogen
3.      Pada laki – laki mebantu dalam mematangkan sperma

4.      Luteinizing Hormon (LH)
1.      Hormone merupakan glikoprotein
2.      Menyebabkan ovulasi dan merangsang pembentukan corpus luteum dan sekresi progesterone

5.      Interstitial Cell Stimulating Hormon (ICSH)
1.      Merangsang sekresi testosterone pada laki – laki

6.      Adenocorticotropic Hormon (ACTH)
1.      Merangsang kortek adrenal untuk mensekresikan kortisol / cortikostiroid.
7.      Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
1.      Merangsang tyrid untuk mensekresikan

2.      Kelenjar  Pituitary Posterior / Neurohypophysis
Menghasilkan hormon:
1.      Antidiuretik Hormon (ADH)
1.      Mempunyai pengaruh terhadap perubahan pada membrane tubulus ginjal untuk meningkatkan absorbsi air; merangsang otot polos dari pencernaan dan pembulu darah

2.      Oxytocin
1.Merangsang kontraksi uterus dan pengeluaran milk mama


    PATOFISIOLOGI


Hipersekresi

Pituitary Adenomas

Tumor Intrakranial
               



Perubahan Neurologi                                                      Perubahan Endokrin
               


Hilangnya Penglihatan
   Secara Progresif                                 Prolaktin          GH                ACTH        TSH        

                                                                                 
Kebutaan Permanen                        Amenorrhea atau
                                                           Galactorrhea

  Gigantisme                     Akromegali     Kecepatan Metabolisme
                                                                                                    Aktifitas Kelenjar Keringat
                                                                                                     & Sebasea.
                                                                                                  Ketidak Sanggupan Glukosa
                                                                                                  & Resistensi Insulin (DM).
                                                                                                  Hipertensi & Kardiomegali.


Pemeriksaan Diagnostik
1.      Pemeriksaan Hematologi
1.      untuk mengetahui fungsi pituitary dan hubungan dengan fungsi kelenjar endokrin lainnya.
2.      Pemeriksaan apesifik langsung pada masing – masing kelenjar
2.      Pemeriksaan Radiologi
2.      Foto X-Ray anterior, posterior dan lateral tengkorak kepala
3.      Untuk mendeteksi pembesaran kelenjar pituitary, klasifikasi, erosi pada sella turcica
4.      Pneumoencephalografi di gunakan dalam masalah endokrin untuk menetapkan perluasan tomor pituitary.


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
HIPERTUITARY

A. Pengkajian
3.      Biodata klien
4.      Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Gangguan Tidur
            b. Riwayat kesehatan sekarang
Buang air kecil yang sering dan perasaan dahaga yang hebat akan menggangu istirahat pasien.
            c. Riwayat kesehatan dahulu
Trauma, inflamasi yang pernah terjadi
            d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit yang pernah di derita keluarga dann pengaruhnya terhadap diabetes insipidus.

    Pola fungsi Kesehatan

a. Pola istirahat tidur
Pola istirahat klien akan terganggu karena BAK yang sering dan dahaga yang hebat.
b. Pola Aktivitas
Aktivitas terganggu karena BAK yang sering.
c. Pola Nutrisi
Klien mengalami penurunan nafsu makan akibat dari dehidrasi
            d. Pola Eliminasi
Pada eliminasi urine klien mengalami sering BAK
4. Pemeriksaan Fisik
            a. Keadaan umum : Lemah, lemas
            b. TTV             : Nadi, Suhu, TD, RR
            c. Berat badan : Kurang dari berat badan sebelumnya
            d. Kepala dan wajah   : wajah sayu, mata cowong.
            e. Mulut           : Bibir kering, mukosa pucat
            f. Dada                        : Nafas cepat dan dangkal
            g. Jantung        : Denyut cepat tapi lemah
            h. Eksremitas   : Ekstremitas dingin

B. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan pola eliminasi urine b/d gangguan dalam persyarafan kandung kemih
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nafsu makan menurun
c. Gangguan pola tidur b/d perubahan pada pola aktivitas
d. Ansietas b/d fakktor internal stress psikologi

C. Perencanaan

a. Perubahan pola eliminasi urine b/d gangguan dalam persyarafan kandung kemih.
            Tujuan : Pola eliminasi urine pasien kembali normal
            Kriteria Hasil   :
            1. Pasien akan mengungkapkan pemahaman tentang kondisi
            2. Pasien akan mmempertahankan keseimbangan masukan urine
            3. Pasien akan mengungkapkan prilaku dan tekhnik untuk mencegah retensi urine

Intervensi   :

    Kaji pola berkemih seperti frekuensi dan jumlahnya. Bandingkan keluaran urine dan masukan cairan dan catat berat jenis urine. 
    R/ : Mengidentifikasi fungsi kandung kemih (mis: pengosongan kandung kemih, fungsi ginjal dan keseimbangan cairan)
    Palpasi adanya distensi kandung kemih dan observasi pengeluaran cairan

R/ : Disfungsi kandung kemih bervariasi, ketidakmampuan berhubungan dengan hilanngnya kontraksii kandung kemih untuk merileksikan spingter urinarius

    Anjurkan pasien untuk minum/masukan cairan (2-4 /hr) termasuk juice yang mengandung asam askorbat.

R/ : Membantu mempertahankan fungsi ginjal, mencegah infeksi dan pembentukan batu

    Bersihkan daerah perineum dan jaga agar tetap kering lakukan perawatan kateter bila perlu.

R/ : Menurunkan resiko terjadinya iritasi kulit/ kerusakan kulit

    Berikan pengobatan sesuai indikasi seperti : vitamin dan atau antiseptik urinarius

R/ : Mempertahankan lingkungan asam dan menghambat pertumbuhan bakteri (kuman).
b. Perubahan nutrisi kurang  dari kebutuhan tubuh b/d  nafsu makan menurun
Tujuan        : Nafsu makan pasien kembali normal.
Kriteria Hasil         :
1.      Pasien akan menunjukan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda malnutrisi.

Intervensi   :
1. Timbang berat badan tiap hari
R/ : Memberikan informasi tentang kebutuhan diit/ keefektifan terapi.
2. Anjurkan istirahat sebelum makan
R/ : Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
3. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik,lingkungan menyenangkan, dengan situasi tidak terburu-buru, temani.
R/ : Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan.
4. Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah mulai makan diit
R/ : Keragu-raguan untuk makan mungkin di akibatkan oleh takut makanan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
        R/ : Membantu mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan fungsi usus

c. Gangguan pola tidur b/d perubahan pada pola aktivitas
Tujuan       : Pasien bisa tidur dan mampu menentukan kebutuhan atau waktu tidur.
Kriteria Hasil :
3.      Pasien akan mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran yang melayang-layang

    Pasien akan melaporkan dapat beristirahat dengan cukup


Intervensi :
1. Berikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak, anjurkan untuk latihan saat siang hari, turunkan aktivitas mental/fisik pada sore hari.
R/ : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat meningkatkan kebingungan, aktifitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang meningkatkan waktu tidur.
2. Evaluasi tingkat stess/orientasi sesuai perkembangan hari demi hari
R/ : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas.
3. Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat mandi dan masase punggung.
R/ : Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk.
4. Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.
R/ : Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar mandi/berkemih selama malam hari.
5. Putarkan musik yang lembut atau suara yang jernih.
R/ : Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara-suara lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyenyak.

d. Ansietas b/d faktor internal stres dan psikologis
Tujuan          : Pasien tidak cemas dan mengungkapkan kemampuan untuk mengatasi.
Kriteria Hasil :
3.      Pasien tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi.
5.      Pasien dapat mengidentifikasi ketidakefektifan prilaku koping dan konsekwensinya.

Intervensi  :

    Kaji tingkat ansietas pasien, tentukan bagaimana pasien menangani masalah dimasa yang lalu dan bagaimana pasien melakukan koping dengan masalah yang dihadapinya sekarang.

R/ : Membantu dalam mengidentifikasi kekuatan dan keterampilan yang mungkin membantu pasien mengatasi keadaanya sekarang
2. Beri informasi yang akurat dan jawab dengan jujur
R/ : Memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang didasarkan atas pengetahuannya.
3. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya
R/: Kebanyakan pasien mengalami masalah yang perlu untuk diungkapkan dan beri respon dengan informasi yang akurat untuk meningkatkan koping terhadap situasi yang sedang dihadapinya.
4. Catat prilaku dari orang terdekat/keluarga yang meningkatkan peran sakit pasien.
R/ : Orang terdekat/keluarga mungkin secara tidak sadar memungkinkan pasien untuk mempertahankan ketergantungan dengan melakukan sesuatu yang pasien sendiri mampu melakukannya tanpa bantuan orang lain.

PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Kelenjar pituitari, yang ukurannya kira-kira sebesar sebuah kacang polong kecil, duduk terlindung dalam sebuah penurunan tulang - sella turcica, atau turkish saddle - pada dasar dari tengkorak. Ia pada hakekatnya adalah dua kelenjar yang terpisah, anterior dan posterior, setiapnya mempunyai suatu fungsi yang terpisah. Anterior pituitari telah disebut kelenjar utama, atau yang mengontrol karena hampir semua hormon-hormonnya mengatur aktivitas dari kelenjar-kelenjar targetnya ditempat lain di tubuh. Hormon-hormon ini disebut hormon-hormon tropik (trophic hormones), dan adalah thyroid-stimulating hormon (TSH atau thyrotrophin), adrenocorticotrophic hormone (ACTH), follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
TSH dan ACTH, seperti nama penuhnya mereka menyiratkan, meningkatkan aktivitas dari kelenjar tiroid dan korteks adrenal, dimana FSH dan LH menstimulasi indung-indung telur (ovaries) dan testes. Hormon utama lainnya dari kelenjar anterior pituitari adalah growth hormone (GH) atau hormon pertumbuhan yang bertugas pada jaringan-jaringan tubuh pada umumnya untuk menghasilkan pertumbuhan pada masa kanak-kanak dan masa remaja, dan untuk mempengaruhi metabolisme dari protein, lemak, karbohidrat dan mineral-mineral. Beberapa dari tindakan-tindakannya diperkirakan disebabkan oleh produksi oleh GH didalam hati dari suatu protein kecil yang disebut somatomedin, yang mendorong pertumbuhan dari jaringan-jaringan kerangka. Hormon lain dari anterior pituitari adalah prolactin. Produksinya meningkat selama kehamilan dan memajukan produksi susu, masa menyusu anak, oleh payudara setelah kelahiran. Fungsinya pada pria-pria dan wanita-wanita yang tidak hamil tidak jelas.

B.     SARAN
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Jadi kami menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari anda yang membaca dan semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya.

DAFTAR PUSTAKA

HOTMA Rrumahorbo, 1999. “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin”, Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar