ASKEP PITUITARY
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem endokrin
adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan
hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa
oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan
menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem
endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar
keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
Kelenjar
endokrin yang kira-kira sebesar kacang yang terletak di dasar tulang tengkorak
dan di bawah otak. Kelenjar hipofisis mengeluarkan bermacam-macam hormon,
termasuk hormon yang mempengaruhi kelenjar lainnya, sehingga disebut kelenjar
kepala bagi kelenjar endokrin lainnya. Hipofisis terdiri dari tiga bagian,
yaitu lobus anterior, lobus anterior, lobus intermedia dan lobus posterior.
Kelainan
pituitary dapat menyebabkan beberapa gejala; bailk itu gangguna hormonal atau
ganguan syaraf olehkarena letaknya dekat dengan otak, yang merupakan jalur dari
syaraf dan pembuluh darah dan juga merupakan pengontrol dari hormone tubuh.
Namun diagnosis dari kelainan pituitary seringkali sulit dilakukan dan lama
untuk langsung diketahui karena seringkali gejalanya berkaitan dengan gejala –
gejala dengan penyakit lain; sehingga sangat tergantung terhadap gejala yang
timbul; atau tanda tanda lainya, atau tindakan CT Scan / MRI terhadap posisi
pituitary sangat diperlukan.
Suatu ketidak
seimbangan terjadi, mendorong ke arah lebih dari selusin kelainan dari sistem endocrine itu. Kekurangan dari
hormon gondok, hormon tentang ginjal
berkenaan dengan selaput ( cortisol) atau hormon yang antidiuretic (
vasopressin) adalah yang segera memerlukan perawatan . Pasien dengan kelainan
dari hormon yang lain, masih dapat dikompromikan.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari pembuatan makalah “keperawatan
Medikal Bedah” ini adalah untuk menerapkan Asuhan Keperawatan yang akan
diterapkan di RS.
C. Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari penulisan dan membaca
makalah ini adalah untuk menambah wawasan mahasiswa/i khususnya mahasiswa/i di
bidang kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari, yang ukurannya kira-kira sebesar sebuah
kacang polong kecil, duduk terlindung dalam sebuah penurunan tulang - sella
turcica, atau turkish saddle - pada dasar dari tengkorak. Ia pada hakekatnya
adalah dua kelenjar yang terpisah, anterior dan posterior, setiapnya mempunyai
suatu fungsi yang terpisah. Anterior pituitari telah disebut kelenjar utama,
atau yang mengontrol karena hampir semua hormon-hormonnya mengatur aktivitas
dari kelenjar-kelenjar targetnya ditempat lain di tubuh. Hormon-hormon ini
disebut hormon-hormon tropik (trophic hormones), dan adalah thyroid-stimulating
hormon (TSH atau thyrotrophin), adrenocorticotrophic hormone (ACTH),
follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
TSH dan ACTH, seperti nama penuhnya mereka menyiratkan,
meningkatkan aktivitas dari kelenjar tiroid dan korteks adrenal, dimana FSH dan
LH menstimulasi indung-indung telur (ovaries) dan testes. Hormon utama lainnya
dari kelenjar anterior pituitari adalah growth hormone (GH) atau hormon
pertumbuhan yang bertugas pada jaringan-jaringan tubuh pada umumnya untuk
menghasilkan pertumbuhan pada masa kanak-kanak dan masa remaja, dan untuk
mempengaruhi metabolisme dari protein, lemak, karbohidrat dan mineral-mineral.
Beberapa dari tindakan-tindakannya diperkirakan disebabkan oleh produksi oleh
GH didalam hati dari suatu protein kecil yang disebut somatomedin, yang
mendorong pertumbuhan dari jaringan-jaringan kerangka. Hormon lain dari
anterior pituitari adalah prolactin. Produksinya meningkat selama kehamilan dan
memajukan produksi susu, masa menyusu anak, oleh payudara setelah kelahiran.
Fungsinya pada pria-pria dan wanita-wanita yang tidak hamil tidak jelas.
Hipothalamus
Produksi dan pelepasan hormon-hormon dari anterior pituitari
dipengaruhi oleh jumlah hormon yang bersirkulasi dalam darah yang telah dihasilkan
oleh kelenjar target, dan oleh aktivitas dari hipothalamus, suatu area kecil
dari otak depan yang berlokasi tepat diatas pituitari. Hipothalamus adalah
pusat koordinasi utama antara sistim-sistim endokrin dan syaraf. Ia memproduksi
sejumlah peptide-peptide kecil, rantai-rantai dari asam-asam amino, yang ia
keluarkan kedalam suatu sistim portal darah lokal yang khusus.
Arteriol-arteriol yang melayani hipothalamus membawa
peptide-peptide ini ke kelenjar pituitari, yang mencegah atau memajukan
pelepasan hormon-hormon anterior pituitari. Jadi ada suatu peptide yang disebut
thyrotrophin-releasing hormone (TRH), yang memajukan pelepasan dari TSH, dan
peptide-peptide serupa untuk pelepasan FSH, LH, ACTH dan GH. Growth hormone dan
prolactin dikontrol oleh hormon-hormon dari hipothalamus yang mencegah
pelepasan mereka.
Hipothalamus pada gilirannya dipengaruhi oleh impuls-impuls
syaraf dari bagian-bagian otak yang mengontrol irama-irama circadian (circadian
rhythms), jam biologi kita, dan juga dari pusat-pusat yang lebih tinggi dalam
otak. Tingkat-tingkat hormon-hormon dari kelenjar-kelenjar target, seperti
tiroid dan adrenal, mengumpan balik tidak hanya pada pituitari saja, namun juga
pada hipothalamus, dan tingkat-tingkat yang tinggi berakibat pada pencegahan pelepasan
dari hormon yang sesuai.
Posterior pituitari adalah agak berbeda dari bagian anterior
yang melekat padanya. Ia tidak membawa sel-sel yang mengeluarkan, namun
menyimpan dua hormon-hormon yang dihasilkan oleh sel-sel syaraf khusus didalam
hipothalamus dan yang diturunkan melalui serat-serat syaraf ke tangkai
pituitari. Hormon-hormon ini adalah oxytocin, yang bertugas pada otot halus,
terutama yang dari rahim dan payudara, dan vasopressin, atau antidiuretic
hormone (ADH). ADH dikeluarkan jika tingkat garam darah naik karena kelebihan
garam didalam darah atau kekurangan air, dan menyebabkan ginjal-ginjal untuk
menyerap kembali lebih banyak air dan untuk mengeluarkan suatu urin yang lebih
pekat. Ini adalah suatu mekanisme penting untuk mengkonservasi air yang adalah
perlu bagi tubuh untuk berfungsi dengan baik.
Hiperfungsi
kelenjar Hipofise
Sering disebut juga Hiperpituitari yaitu suatu kondisi
patologis yang terjadi akibat tumor atau hiperplasi hipofise sehingga
menyebabkan peningkatan sekresi salah satu hormon hipofise atau lebih.
Suatu organ berdiameter 1,2 s/d 1,5 cm dan beratnya 500 mg
(50 gr). Letaknya di dalam Sella Turcica dari tulang sphenoid. Secara nyata ada
dua kelenjar yaitu :
1. Kelenjar
Pituitary Anterior / Adenohypophy
Mengasilkan Hormon:
1. Growth Hormone
(GH) / Somatotropic Hormon
1. Merupakan
suatu protein
2. Merangsang
pertumbuhan sel – sel tubuh sampai ukuran dewasa
3. Mempengaruhi
metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat
2. Prolactin /
Lactogen Hormon
1. Merupakan
suatu protein
2. Merangsang
sekresi milk pada kelenjar mamae
3. Follicle
Stimulating Hormon (FSH)
1. Merangsang
pertumbuhan follicle pada ovari
2. Merangsang sel
– sel ovari untuk memproduksi estrogen
3. Pada laki –
laki mebantu dalam mematangkan sperma
4. Luteinizing
Hormon (LH)
1. Hormone
merupakan glikoprotein
2. Menyebabkan
ovulasi dan merangsang pembentukan corpus luteum dan sekresi progesterone
5. Interstitial
Cell Stimulating Hormon (ICSH)
1. Merangsang
sekresi testosterone pada laki – laki
6.
Adenocorticotropic Hormon (ACTH)
1. Merangsang
kortek adrenal untuk mensekresikan kortisol / cortikostiroid.
7. Thyroid
Stimulating Hormone (TSH)
1. Merangsang
tyrid untuk mensekresikan
2. Kelenjar Pituitary Posterior / Neurohypophysis
Menghasilkan hormon:
1. Antidiuretik
Hormon (ADH)
1. Mempunyai
pengaruh terhadap perubahan pada membrane tubulus ginjal untuk meningkatkan
absorbsi air; merangsang otot polos dari pencernaan dan pembulu darah
2. Oxytocin
1.Merangsang kontraksi uterus dan pengeluaran milk mama
PATOFISIOLOGI
Hipersekresi
Pituitary Adenomas
Tumor Intrakranial
Perubahan Neurologi Perubahan Endokrin
Hilangnya Penglihatan
Secara
Progresif
Prolaktin GH ACTH TSH
Kebutaan Permanen Amenorrhea atau
Galactorrhea
Gigantisme Akromegali Kecepatan Metabolisme
Aktifitas
Kelenjar Keringat
& Sebasea.
Ketidak
Sanggupan Glukosa
& Resistensi Insulin (DM).
Hipertensi
& Kardiomegali.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan
Hematologi
1. untuk
mengetahui fungsi pituitary dan hubungan dengan fungsi kelenjar endokrin
lainnya.
2. Pemeriksaan
apesifik langsung pada masing – masing kelenjar
2. Pemeriksaan
Radiologi
2. Foto X-Ray
anterior, posterior dan lateral tengkorak kepala
3. Untuk
mendeteksi pembesaran kelenjar pituitary, klasifikasi, erosi pada sella turcica
4.
Pneumoencephalografi di gunakan dalam masalah endokrin untuk menetapkan
perluasan tomor pituitary.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
HIPERTUITARY
A. Pengkajian
3. Biodata klien
4. Riwayat
Keperawatan
a. Keluhan utama
Gangguan Tidur
b. Riwayat
kesehatan sekarang
Buang air kecil yang sering dan perasaan dahaga yang hebat
akan menggangu istirahat pasien.
c. Riwayat
kesehatan dahulu
Trauma, inflamasi yang pernah terjadi
d. Riwayat
kesehatan keluarga
Riwayat penyakit yang pernah di derita keluarga dann pengaruhnya
terhadap diabetes insipidus.
Pola fungsi
Kesehatan
a. Pola istirahat tidur
Pola istirahat klien akan terganggu karena BAK yang sering
dan dahaga yang hebat.
b. Pola Aktivitas
Aktivitas terganggu karena BAK yang sering.
c. Pola Nutrisi
Klien mengalami penurunan nafsu makan akibat dari dehidrasi
d. Pola
Eliminasi
Pada eliminasi urine klien mengalami sering BAK
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan
umum : Lemah, lemas
b.
TTV : Nadi, Suhu, TD, RR
c. Berat
badan : Kurang dari berat badan sebelumnya
d. Kepala
dan wajah : wajah sayu, mata cowong.
e.
Mulut : Bibir kering, mukosa
pucat
f.
Dada : Nafas cepat
dan dangkal
g.
Jantung : Denyut cepat tapi lemah
h.
Eksremitas : Ekstremitas dingin
B. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan pola eliminasi urine b/d gangguan dalam
persyarafan kandung kemih
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nafsu
makan menurun
c. Gangguan pola tidur b/d perubahan pada pola aktivitas
d. Ansietas b/d fakktor internal stress psikologi
C. Perencanaan
a. Perubahan pola eliminasi urine b/d gangguan dalam
persyarafan kandung kemih.
Tujuan :
Pola eliminasi urine pasien kembali normal
Kriteria
Hasil :
1. Pasien
akan mengungkapkan pemahaman tentang kondisi
2. Pasien
akan mmempertahankan keseimbangan masukan urine
3. Pasien
akan mengungkapkan prilaku dan tekhnik untuk mencegah retensi urine
Intervensi :
Kaji pola berkemih
seperti frekuensi dan jumlahnya. Bandingkan keluaran urine dan masukan cairan
dan catat berat jenis urine.
R/ :
Mengidentifikasi fungsi kandung kemih (mis: pengosongan kandung kemih, fungsi
ginjal dan keseimbangan cairan)
Palpasi adanya
distensi kandung kemih dan observasi pengeluaran cairan
R/ : Disfungsi kandung kemih bervariasi, ketidakmampuan
berhubungan dengan hilanngnya kontraksii kandung kemih untuk merileksikan
spingter urinarius
Anjurkan pasien
untuk minum/masukan cairan (2-4 /hr) termasuk juice yang mengandung asam
askorbat.
R/ : Membantu mempertahankan fungsi ginjal, mencegah infeksi
dan pembentukan batu
Bersihkan daerah
perineum dan jaga agar tetap kering lakukan perawatan kateter bila perlu.
R/ : Menurunkan resiko terjadinya iritasi kulit/ kerusakan
kulit
Berikan pengobatan
sesuai indikasi seperti : vitamin dan atau antiseptik urinarius
R/ : Mempertahankan lingkungan asam dan menghambat
pertumbuhan bakteri (kuman).
b. Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d nafsu
makan menurun
Tujuan : Nafsu
makan pasien kembali normal.
Kriteria Hasil
:
1. Pasien akan
menunjukan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai sasaran
dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda malnutrisi.
Intervensi :
1. Timbang berat badan tiap hari
R/ : Memberikan informasi tentang kebutuhan diit/
keefektifan terapi.
2. Anjurkan istirahat sebelum makan
R/ : Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk
makan.
3. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik,lingkungan
menyenangkan, dengan situasi tidak terburu-buru, temani.
R/ : Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan
lebih kondusif untuk makan.
4. Dorong pasien untuk menyatakan perasaan masalah mulai
makan diit
R/ : Keragu-raguan untuk makan mungkin di akibatkan oleh
takut makanan akan menyebabkan eksaserbasi gejala.
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
R/ : Membantu
mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan fungsi usus
c. Gangguan pola tidur b/d perubahan pada pola aktivitas
Tujuan : Pasien
bisa tidur dan mampu menentukan kebutuhan atau waktu tidur.
Kriteria Hasil :
3. Pasien akan
mampu menciptakan pola tidur yang adekuat dengan penurunan terhadap pikiran
yang melayang-layang
Pasien akan
melaporkan dapat beristirahat dengan cukup
Intervensi :
1. Berikan kesempatan untuk beristirahat/tidur sejenak,
anjurkan untuk latihan saat siang hari, turunkan aktivitas mental/fisik pada
sore hari.
R/ : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama
mengakibatkan kelelahan yang dapat meningkatkan kebingungan, aktifitas yang
terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang meningkatkan waktu tidur.
2. Evaluasi tingkat stess/orientasi sesuai perkembangan hari
demi hari
R/ : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku
yang tidak kooperatif dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas.
3. Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat mandi dan
masase punggung.
R/ : Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk.
4. Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih
sebelum tidur.
R/ : Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar
mandi/berkemih selama malam hari.
5. Putarkan musik yang lembut atau suara yang jernih.
R/ : Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat
suara-suara lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyenyak.
d. Ansietas b/d faktor internal stres dan psikologis
Tujuan :
Pasien tidak cemas dan mengungkapkan kemampuan untuk mengatasi.
Kriteria Hasil :
3. Pasien tampak
rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat dapat diatasi.
5. Pasien dapat
mengidentifikasi ketidakefektifan prilaku koping dan konsekwensinya.
Intervensi :
Kaji tingkat
ansietas pasien, tentukan bagaimana pasien menangani masalah dimasa yang lalu
dan bagaimana pasien melakukan koping dengan masalah yang dihadapinya sekarang.
R/ : Membantu dalam mengidentifikasi kekuatan dan
keterampilan yang mungkin membantu pasien mengatasi keadaanya sekarang
2. Beri informasi yang akurat dan jawab dengan jujur
R/ : Memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang
didasarkan atas pengetahuannya.
3. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah
yang dihadapinya
R/: Kebanyakan pasien mengalami masalah yang perlu untuk
diungkapkan dan beri respon dengan informasi yang akurat untuk meningkatkan
koping terhadap situasi yang sedang dihadapinya.
4. Catat prilaku dari orang terdekat/keluarga yang
meningkatkan peran sakit pasien.
R/ : Orang terdekat/keluarga mungkin secara tidak sadar
memungkinkan pasien untuk mempertahankan ketergantungan dengan melakukan
sesuatu yang pasien sendiri mampu melakukannya tanpa bantuan orang lain.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kelenjar pituitari, yang ukurannya kira-kira sebesar sebuah
kacang polong kecil, duduk terlindung dalam sebuah penurunan tulang - sella
turcica, atau turkish saddle - pada dasar dari tengkorak. Ia pada hakekatnya
adalah dua kelenjar yang terpisah, anterior dan posterior, setiapnya mempunyai
suatu fungsi yang terpisah. Anterior pituitari telah disebut kelenjar utama,
atau yang mengontrol karena hampir semua hormon-hormonnya mengatur aktivitas
dari kelenjar-kelenjar targetnya ditempat lain di tubuh. Hormon-hormon ini
disebut hormon-hormon tropik (trophic hormones), dan adalah thyroid-stimulating
hormon (TSH atau thyrotrophin), adrenocorticotrophic hormone (ACTH),
follicle-stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
TSH dan ACTH, seperti nama penuhnya mereka menyiratkan,
meningkatkan aktivitas dari kelenjar tiroid dan korteks adrenal, dimana FSH dan
LH menstimulasi indung-indung telur (ovaries) dan testes. Hormon utama lainnya
dari kelenjar anterior pituitari adalah growth hormone (GH) atau hormon
pertumbuhan yang bertugas pada jaringan-jaringan tubuh pada umumnya untuk
menghasilkan pertumbuhan pada masa kanak-kanak dan masa remaja, dan untuk
mempengaruhi metabolisme dari protein, lemak, karbohidrat dan mineral-mineral.
Beberapa dari tindakan-tindakannya diperkirakan disebabkan oleh produksi oleh
GH didalam hati dari suatu protein kecil yang disebut somatomedin, yang
mendorong pertumbuhan dari jaringan-jaringan kerangka. Hormon lain dari
anterior pituitari adalah prolactin. Produksinya meningkat selama kehamilan dan
memajukan produksi susu, masa menyusu anak, oleh payudara setelah kelahiran.
Fungsinya pada pria-pria dan wanita-wanita yang tidak hamil tidak jelas.
B. SARAN
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Jadi kami menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun dari anda yang membaca dan semoga makalah ini bermanfaat bagi yang
membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
HOTMA Rrumahorbo, 1999. “Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Endokrin”, Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar