Askep Trauma Dada
1.
Definisi
Trauma adalah
cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).Trauma
adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat (Brooker, 2001).Trauma adalah penyebab kematian utama pada
anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat
telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang
disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).Trauma dada adalah trauma tajam
atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan tamponade jantung, perdarahan,
pneumothoraks, hematothoraks,hematopneumothoraks.Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan
dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.Di dalam toraks
terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia, yaitu paru-paru
dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa
darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada dada, kedua organ tersebut bisa
mengalami gangguan atau bahkan kerusakan.
2 .Etiologi
1) Tamponade
jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah jantung.
2) Hematotoraks :
disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan
3) Pneumothoraks :
spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga dada) ; iatrogenik
(“pleural tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan tekanan positif).
3.
Patofisiologi
Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman
kehidupan. Luka pada rongga thorak danisinya dapat membatasi kemampuan jantung
untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen
darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya berupa perdarahan
dalam dan tusukan terhadap organ
Hipoksia, hiperkarbia, dan
asidosisseringdisebabkanoleh trauma thorax.
Hipokasiajaringanmerupakanakibatdaritidakadekuatnyapengangkutanoksigenkejaringanolehkarenahipivolemia(kehilangandarah
), pulmonaryventilation/perfusionmismatch ( contohkontusio, hematoma,
kolapsalveolus )dan perubahandalamtekananintratthorax ( contoh :
tensionpneumothorax, pneumothoraxterbuka ).
Hiperkarbialebihseringdisebabkanolehtidakadekuatnyaventilasiakibatperubahantekananintrathoraxataupenurunantingkatkesadaran.
Asidosis
metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ).
Fraktur iga. Merupakan
komponen dari dinding thorax yang paling sering mngalami trauma, perlukaan pada
iga sering bermakna, Nyeri pada pergerakan akibat terbidainya iga terhadap
dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan gangguan ventilasi. Batuk yang
tidak efektif intuk mengeluarkan sekret dapat mengakibatkan insiden atelaktasis
dan pneumonia meningkat secara bermakna dan disertai timbulnya penyakit paru –
paru. Pneumotoraks diakibatkan
masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral dan parietal. Dislokasi
fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks.
Laserasi paru merupakan penyebab tersering dari pnerumotoraks akibat trauma
tumpul.Dalam keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang
pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan
antara kedua permukaan pleura. Adanya udara di dalam rongga pleura akan
menyebabkan kolapsnya jaringan paru. Gangguan ventilasi-perfusi terjadi karena
darah menuju paru yang kolaps tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada
oksigenasi. Ketika pneumotoraks terjadi, suara nafas menurun pada sisi yang
terkena dan pada perkusi hipesonor. Foto toraks pada saat ekspirasi membantu
menegakkan diagnosis. Terapi terbaik pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan
chest tube lpada sela iga ke 4 atau ke 5, anterior dari garis
mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau aspirasi saja,
maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan dihubungkan dengan
WSD dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan untuk mengkonfirmasi
pengembangan kembali paru-paru. Anestesi umum atau ventilasi dengan tekanan
positif tidak boleh diberikan pada penderita dengan pneumotoraks traumatik atau
pada penderita yang mempunyai resiko terjadinya pneumotoraks intraoperatif yang
tidak terduga sebelumnya, sampai dipasang chest tubeHemothorax. Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi
paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal
yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari
vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks.
4.
Pathway
Terlampir
5.
Klasifikasi
Trauma toraks dapat dibagi dalam dua
kelompok besar, yaitu trauma tembus dan tumpul
a. Trauma tembus
(tajam).
-
Terjadi
diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat penyebab trauma
-
Terutama akibat
tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru
-
Sekitar 10-30%
memerlukan operasi torakotomi
b. Trauma tumpul
-
Tidak terjadi
diskontinuitas dinding toraks.
-
Terutama akibat
kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush atau blast injuries.
-
Kelainan
tersering akibat trauma tumpul toraks adalah kontusio paru.
-
Sekitar <10%
yang memerlukan operasi torakotomi
6.
Mekanisme
Trauma Dada
a.
Akselerasi
-
Kerusakan yang
terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab trauma. Gaya perusak berbanding
lurus dengan massa dan percepatan (akselerasi) sesuai dengan hukum Newton II
(Kerusakan yang terjadi juga bergantung pada luas jaringan tubuh yang menerima
gaya perusak dari trauma tersebut.
-
Pada luka
tembak perlu diperhatikan jenis senjata dan jarak tembak; penggunaan senjata
dengan kecepatan tinggi seperti senjata militer high velocity (>3000 ft/sec)
pada jarak dekat akan mengakibatkan kerusakan dan peronggaan yang jauh lebih
luas dibandingkan besar lubang masuk peluru.
- Deselerasi
Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari
jaringan. Biasanya terjadi pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti
akibat trauma. Kerusakan terjadi oleh karena pada saat trauma, organ-organ
dalam yang mobile (seperti bronkhus, sebagian aorta, organ visera, dsb) masih
bergerak dan gaya yang merusak terjadi akibat tumbukan pada dinding
toraks/rongga tubuh lain atau oleh karena tarikan dari jaringan pengikat organ
tersebut.
- Torsio dan rotasi
Gaya torsio dan rotasio yang terjadi umumnya diakibatkan
oleh adanya deselerasi organ-organ dalam yang sebagian strukturnya memiliki
jaringan pengikat/fiksasi, seperti Isthmus aorta, bronkus utama, diafragma atau
atrium. Akibat adanya deselerasi yang tiba-tiba, organ-organ tersebut dapat
terpilin atau terputar dengan jaringan fiksasi sebagai titik tumpu atau
poros-nya.
- Blast injury
-
Kerusakan
jaringan pada blast injury terjadi tanpa adanya kontak langsung dengan penyebab
trauma. Seperti pada ledakan bom.
-
Gaya merusak
diterima oleh tubuh melalui penghantaran gelombang energi.
7.
Faktor lain
yang mempengaruhi trauma dada
a.
Sifat jaringan
tubuh
Jenis jaringan tubuh bukan merupakan mekanisme dari
perlukaan, akan tetapi sangat menentukan pada akibat yang diterima tubuh akibat
trauma. Seperti adanya fraktur iga pada bayi menunjukkan trauma yang relatif
berat dibanding bila ditemukan fraktur pada orang dewasa. Atau tusukan pisau
sedalam 5 cm akan membawa akibat berbeda pada orang gemuk atau orang kurus,
berbeda pada wanita yang memiliki payudara dibanding pria, dsb.
b.
Lokasi
Lokasi tubuh tempat trauma sangat menentukan jenis organ
yang menderita kerusakan, terutama pada trauma tembus. Seperti luka tembus pada
daerah pre-kordial.
c.
Arah trauma
-
Arah gaya
trauma atau lintasan trauma dalam tubuh juga sangat mentukan dalam
memperkirakan kerusakan organ atau jaringan yang terjadi.
-
Perlu diingat
adanya efek "ricochet" atau pantulan dari penyebab trauma pada tubuh
manusia. Seperti misalnya : trauma yang terjadi akibat pantulan peluru dapat
memiliki arah (lintasan peluru) yang berbeda dari sumber peluru sehingga
kerusakan atau organ apa yang terkena sulit diperkirakan
8. Gejala klinis
1) Tamponade
jantung :
-Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung.
-Gelisah.
-Pucat, keringat dingin.
-Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
-Pekak jantung melebar.
-jantung melemah.
-Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung.
-Gelisah.
-Pucat, keringat dingin.
-Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
-Pekak jantung melebar.
-jantung melemah.
-Bunyi
-pulse pressure.
-pulse pressure.
-Terdapat
tanda-tanda paradoxical
-ECG terdapat low voltage seluruh lead.
-Perikardiosentesis keluar darah (FKUI, 1995).
-ECG terdapat low voltage seluruh lead.
-Perikardiosentesis keluar darah (FKUI, 1995).
2) Hematotoraks :
-Pada WSD darah
yang keluar cukup banyak dari WSD.
-Gangguan pernapasan.
3) Pneumothoraks
-Nyeri dada
mendadak dan sesak napas.
-Gagal pernapasan dengan sianosis.
- Kolaps sirkulasi.
-Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi
dan suara napas
yangterdengar jauh atau tidak terdengar
sama sekali.
-pada auskultasi
terdengar bunyi klik.
-Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka
internal hebat
sepertiaorta yang ruptur.
- Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma dan
menimbulkan luka intra-abdominal.
9. Kompliksi
1)Iga : fraktur multiple dapat
menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
2) Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema
3) Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep
2) Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema
3) Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep
Jantung
4) Pembuluh
darah besar : hematothoraks.
5) Esofagus : mediastinitis.
6) Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal
5) Esofagus : mediastinitis.
6) Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal
7) Tension penumototrax
8) Penumotoraks bilateral
9)Emfiema
10 .PemeriksaanPenunjang
1) Radiologi : foto thorax (AP).
2) Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
3) Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
4) Hemoglobin : mungkin menurun.
5) Pa Co2 kadang-kadang menurun.
6) Pa O2 normal / menurun.
7) Saturasi O2 menurun (biasanya).
8) Toraksentesis : menyatakan darah
9) Diagnosis fisik :
Ø Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan
(300cc) terap simtomatik, observasi.
Ø Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang
(300cc) drainase cavum pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase
dengan continues suction unit.
Ø Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua
kali harus dipertimbangkan thorakotomi
Ø Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan
melalui drain lebih dari 800 cc segera thorakotomi.
11 .Therapy
·
Chest tube /
drainase udara (pneumothorax).
·
WSD
(hematotoraks).
·
Pungsi.
·
Torakotomi.
·
Pemberian
oksigen.
·
Antibiotika.
·
Analgetika.
·
Expectorant
12 .Pencegahan
Pencegahan trauma thorax yang efektif
adalah dengan cara menghindari faktor penyebab nya, seperti menghindari
terjadinya trauma yang biasanya banyak dialami pada kasus kecelakaan dan trauma
yang terjadi berupa trauma tumpul serta menghindari kerusakan pada dinding
thorax ataupun isi dari cavum thorax yag biasanya disebabkan oleh benda tajam
ataupun benda tumpul yang menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
13 .Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
yang dapat dilakukan untuk menangani pasien trauma thorax, yaitu :
a.
Primary survey.
Yaitu dilakukan pada trauma yang mengancam jiwa, pertolongan ini dimulai dengan
menggunakan teknik ABC ( Airway, breathing, dan circulation )
b. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
·
Mempertahankan saluran napas yang paten dengan pemberian oksigen
·
Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien
c. Pemasangan infuse
d. Pemeriksaan kesadaran
e.
Jika dalam keadaan gawat darurat, dapat dilakukan massage jantung
f.
Dalam keadaan stabil dapat dilakukan pemeriksaan radiology seperti Foto
thorak
Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses
keperawatan secara menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (. Doenges, 1999)
meliputi :
a.Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas
ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama
jantunng gallops
c. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
d. Makanan dan
cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena
sentral/infuse tekanan.
e. Nyeri/ketidaknyamanan
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni lateral, timbul
tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh
napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher,bahudanabdomen.Tanda : berhati-hati
pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.
f.Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ;
riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit
interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.Tanda
: Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas turun atau tak ada ;
fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak sama ; kulit
pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung,
gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
g. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ;
radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
h.Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ;
adanya bedah intratorakal/biopsyparu.
B. Pemeriksaan Fisik
1.
Sistem
Pernapasan :
· Sesak napas
· Nyeri,
batuk-batuk.
· Terdapat
retraksi klavikula/dada.
· Pengambangan
paru tidak simetris.
· Fremitus
menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
· Pada perkusi
ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks (redup)
· Pada asukultasi
suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang.
· Pekak dengan
batas seperti garis miring/tidak jelas.
· Dispnea dengan
aktivitas ataupun istirahat.
· Gerakan dada
tidak sama waktu bernapas.
2.
Sistem
Kardiovaskuler :
·
Nyeri dada
meningkat karena pernapasan dan batuk.
·
Takhikardia,
lemah
·
Pucat, Hb turun
/normal.
·
Hipotensi.
3.
Sistem
Persyarafan :
·
Tidak ada
kelainan.
4.
Sistem Perkemihan.
·
Tidak ada
kelainan.
- Sistem Pencernaan :
· Tidak ada
kelainan.
- Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
·
Kemampuan sendi
terbatas.
·
Ada luka bekas
tusukan benda tajam.
·
Terdapat
kelemahan.
·
Kulit pucat,
sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
- Sistem Endokrine :
·
Terjadi
peningkatan metabolisme.
·
Kelemahan.
- Sistem Sosial / Interaksi.
· Tidak ada
hambatan.
- Spiritual :
· Ansietas,
gelisah, bingung, pingsan.
10.
Pemeriksaan
Diagnostik :
· Sinar X dada :
menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural.
·
Pa Co2
kadang-kadang menurun.
·
Pa O2 normal /
menurun.
·
Saturasi O2
menurun (biasanya).
·
Hb mungkin
menurun (kehilangan darah).
·
Toraksentesis :
menyatakan darah/cairan,
C.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupaka suatu pernyataan dari
masalah pasien yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan
keperawatan sehingga masalah pasien dapat ditanggulangi atau dikurangi
· Gangguan
Perfusi Jaringan berhubungan dengan Hipoksia, tidak adekuatnya pengangkutan
oksigen ke jaringan
· Ketidakefektifan
pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidakmaksimal karena
trauma, hipoventilasi
· Ketidakefektifan
bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
· Perubahan
kenyamanan : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder.
· Resiko
terjadinya syok Hipovolemia berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
· Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.
· Hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk
ambulasi dengan alat eksternal.
· Risiko terhadap
infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma
· Kurang
Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang penyakit, Tindakan invasive ditandai
dengan anxietas
D.Intervensi
No
|
Diagnosa
|
Tujuan dan kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Dx 1
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama
(…x..) jamdiharapkandapatmempertahankanperfusijaringandengan KH :
a.Tanda-tanda vital
dalam batas normal
b.Kesadaran
meningkat
c.menunjukkan
perfusi adekuat
|
-Kaji
faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab penurunan perfusi
jaringan
-Monitor GCS dan mencatatnya
-Monitor keadaan umum pasien
-Berikan oksigen tambahan sesuai
indikasi
-Kolaborasi
pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah
lengkap/packed produk darah sesuai indikasi
|
-Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi,
mengkaji status neurologi/tanda-tanda kegagalan untuk menentukan perawatan
kegawatan atau tindakan pembedahan
-
Menganalisa tingkat kesadaran
-
Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan
perfusi jaringan dan membantu menentukan keb. intervensi.
-
Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan
-
-Mengidentifikasi
defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi
|
2
|
Dx 2
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama(…x…)
jam diharapkan dapatmempertahanjalannafaspasiendengan KH :
a.Mengalami
perbaikan
pertukaran gas-gas
pada paru.
b.Memperlihatkan
frekuensi
pernapasan yang
efektive.
c.Adaptive
mengatasi
faktor-faktor
penyebab.
|
-Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala
tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak
mungkin.
-Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi
pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
-Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan
untuk menjamin keamanan.
-Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol
diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
-Perhatikan
alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 – 2 jam
|
-Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi
paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
-
Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital
dapat terjadi sebgai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan
terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
-Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi
ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
-Membantu
klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai
ketakutan/ansietas.
-Mempertahankan
tekanannegatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi
paru optimum/drainase cairan
|
3
|
Dx 3
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama (…x…) jam diharapkanjalannafaspasien normal dengan KH :
a.Menunjukkan batuk
yang efektif.
b.Tidak ada lagi
penumpukan sekret di
sal. Pernapasan
c.Klien tampak
nyaman.
|
-Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan
mengapa terdapat penumpukan sekret di saluran Pernapasan
-Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan
batuk.
-Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
- Dorong atau berikanperawatan mulut yang baik setelah
batuk
-Kolaborasi
dengan tim kesehatan lain Pemberian antibiotika atau expectorant
|
-Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik
-Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak
efektif, menyebabkan frustasi
-Pengkajian ini membantu mengevaluasi
keefektifan upaya batuk klien
- Hiegene mulut
yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.
-Expextorant untuk
memudahkan mengeluarkan lendir dan mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan
parunya
|
4
5
6
7
8
9
|
Dx 4
Dx 5
Dx
6
Dx
7
Dx
8
Dx
9
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama (..x..) jam diharapkannyeriberkurangdengan KH :
a.Nyeri
berkurang/
dapat diatasi
b.Dapat
mengindentifikasi
aktivitas yang
meningkatkan/
menurunkan nyeri
c.Pasien tidak
gelisah.
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama (..x..) jam diharapkan klien tidak
mengalami syok hipovolemik dengan KH :
-Tanda Vital dalam batas normal (N:
120-60 x/menit, S : 36-37o C,
RR : 20x/menit)
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama (..x..) jam diharapkan dapat mencapai
penyembuhan luka pada waktu yang sesuaidengan KH :
a.tidak ada
tanda-tanda infeksi seperti pus
b.luka bersih
tidak lembab dan tidak kotor
c.Tanda-tanda
vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (..x..) jam
diharapkan pasien akan
menunjukkan tingkat mobilitas optimaldengan KH :
a.penampilan
yang seimbang
b.melakukan
pergerakkan dan perpindahan
c.mempertahankan
mobilitas optimal yang dapat di toleransi
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (..x..) jam
diharapkaninfeksi tidak terjadi / terkontroldengan KH :
a.tidak ada
tanda-tanda infeksi seperti pus
b.luka bersih
tidak lembab dan tidak kotor
c.Tanda-tanda
vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama (..x..) jam
diharapkananxietas tidak terjadidenganKH :
-Pasien dapat
mengungkapkan pemahamannya tentang penyakit, prognosis dan pengobatannya
|
-Jelaskan dan
bantu klien dnegan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasive
-Berikan
kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ;
misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil
-Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan
menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung
-Kolaborasi
denmgan dokter, pemberian analgetik
-Observasi
tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat
analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah
tindakan perawatan selama 1 - 2 hari
-Monitor
keadaan umum pasien
-Observasi
vital sign setiap 3 jam atau lebih
-Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan
segera laporkan jika terjadi perdarahan
-Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
- Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV,
trombosit
- Kaji kulit dan identifikasi pada
tahap perkembangan luka
-Kaji lokasi, ukuran, warna, bau,
serta jumlah dan tipe cairan luka
-
Pantau peningkatan suhu tubuh
-Berikan
perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan
steril, gunakan plester kertas
-Kolaborasi
tindakan lanjutan sepertimelakukandebridement
-Kaji
kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan
-Tentukan
tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas
-Ajarkan dan
pantau pasien dalam halpenggunaan alat bantu
-Ajarkan dan
dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif
-Kolaborasi
dengan ahli terapi fisik atau okupasi
-Pantau tanda-tanda
vital
-Lakukan
perawatan luka dengan teknik aseptic
-Lakukan
perawatan terhadap prosedur invasif seperti infuse atupun Bullowdraignase
-Kolaborasi
untuk pemberian antibiotic
-Observasi
keadaan Luka
-Menjelaskan kepada pasien tentang
penyakit yang di derita
-Kaji tingkat pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya
-Minta klien /
keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan
-Diskusikan
pentingnya melihat ulang mengenai pengobatan secara teratur
-Berikan
dorongan untuk melakukan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.
|
-Pendekatan
dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan
keefektifan dalam mengurangi nyeri
-Istirahat
akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.
-Pengetahuan
yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik
-Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang
-Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data
yang obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi
yang tepat.
-Untuk memonitor kondisi pasien
selama perawatan terutama saat terjadi perdarahan. Perawat
segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok
-Perawat perlu terus mengobaservasi
vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok
-Dengan melibatkan pasien dan keluarga
maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat
dan tepat dapat segera diberikan.
-Cairan intravena diperlukan untuk
mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat
-Untuk mengetahui tingkat kebocoran
pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih
lanjut.
-mengetahui sejauhmanaperkembangan
luka mempermudah dalammelakukan tindakan yang tepat
-mengidentifikasi
tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi
-suhu tubuh
yang
meningkat dapat
diidentifikasikan sebagai
adanya proses
peradangan
-tehnik
aseptik
membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah
terjadinya
infeksi
-agar benda
asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit
normal lainnya.
-mengidentifikasi
masalah, memudahkan intervensi
-mempengaruhi
penilaian terhadap kemampuan
aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah
ketidakmauan
-menilai
batasan
kemampuan aktivitas
optimal
-mempertahankan
/meningkatkan kekuatan
dan ketahanan otot
-sebagai
suaatu sumber untuk mengembangkanperencanaan dan mempertahankan/meningkatkan
mobilitas pasien
-mengidentifikasi
tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat
-mengendalikan
penyebaran mikroorganisme patogen
-untuk
mengurangi risiko infeksi nosokomial
-antibiotik
mencegah perkembangan mikroorganisme pathogen
-untuk mencegah infeksi yang berkelanjutan
-memberikan
pengetahuan pasien yang dapat memilih berdasarkan informasi
-mengetahui
seberapa jauh pengalaman klien dan keluarga tentang penyakitnya
-mengetahui
seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan
-untuk
memudahkan
pengendalian terhadap
kondisi kronis dan
pencegahan terhadap
komplikasi
-agar
pasien mengetahui perkembangan
penyakitnya.
|
E.Implementasi
Dx 1
1. Kaji
faktor penyebab dari situasi/keadaan individu/penyebab penurunan perfusi
jaringan
2.
Memonitor GCS dan mencatatnya
3. Memonitor
keadaan umum pasien
4. Memberikan
oksigen tambahan sesuai indikasi
5. Mengkolaborasi
pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah
lengkap/packed produk darah sesuai indikasi
Dx 2
1. Memberikan posisi
yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang
sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
2. Mengobservasi fungsi
pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda
vital.
3. Menjelaskan pada
klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
4. Menjelaskan pada
klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
5. Membantu pasien
untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam
6. Memperhatikan alat
bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 – 2 jam
Dx 3
1.
Menjelaskan klien
tentang kegunaan batuk yang efektif
2. Mengajarkan klien
tentang metode yang tepat pengontrolan batuk
3.
Mengajarkan Auskultasi
paru sebelum dan sesudah klien batuk
4.
Memberikan
perawatan mulut yang baik setelah batuk
5.
Memberikan antibiotika
atau expectorant
Dx 4
1.
Membantu klien dengan tindakan
pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasive
2.
Memerikan
kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan memberikan posisi yang nyaman
3.
Meningkatkan
pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri
akan berlangsung
4.
Berkolaborasi
dengan dokter, pemberian analgetik
5.
Mengobservasi
tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat
analgetik untuk mengkaji efektivitasnya
Dx 5
1. Memonitor
keadaan umum pasien
2.
Observasi vital
sign setiap 3 jam atau lebih
3.
Menjelaskan
pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi
perdarahan
4. Berkolaborasi :
Pemberian cairan intravena
5. Berkolaborasi :
pemeriksaan : HB, PCV, trombosit
Dx 6
1.
Mengkaji kulit dan identifikasi
pada tahap perkembangan luka
2.
Mengkaji lokasi,
ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka
3.
Memantau
peningkatan suhu tubuh
4. Memberikan
perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril,
gunakan plester kertas
5. Berkolaborasitindakansepertimelakukan
debridement
Dx 7
1. Mengkaji kebutuhan
akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan
2. Menentukan tingkat
motivasi pasien dalam melakukan aktivitas
3. Mengajarkan pasien
dalam hal penggunaan alat bantu
4. Mengajarkan pasien
dalam latihan ROM aktif dan pasif
5. Berkolaborasi
dengan ahli terapi fisik atau okupasi
Dx 8
1. Memantau
tanda-tanda vital
2. Melakukan
perawatan luka dengan teknik aseptic
3. Melakukan
perawatan terhadap prosedur invasif seperti infuse atupun Bullow draignase
4. Berkolaborasi untuk
pemberian antibiotic
5. Mengobservasi keadaan
Luka
Dx
9
1. Menjelaskan
kepada pasien tentang penyakit yang di derita.
2. Mengkaji tingkat
pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya
3. Meminta klien /
keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan
Mendiskusikan pentingnya melihat ulang
mengenai pengobatan secara teratur
4.
Berikan
dorongan untuk melakukan kunjungan tindak lanjut dengan dokter.
F.EVALUASI
Setelahdilakukantindakankeperawatandiharapkan :
o Tanda-tanda vital dalam batas normal
o Kesadaran meningkat
o Klien tampak nyaman.
o
Nyeri berkurang
o
Dapat
mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/ menurunkan nyeri
o Pasien tidak
gelisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar